Klabat Journal of Nursing
https://ejournal.unklab.ac.id/index.php/kjn
<p>Klabat Journal of Nursing (KJN) is the updated form of Jurnal Keperawatan Unklab (JKU) which was once published offline by <a href="https://www.unklab.ac.id/fakultas-keperawatan/">Faculty of Nursing of Universitas Klabat (UNKLAB)</a></p>Fakultas Keperawatan, Universitas Klabaten-USKlabat Journal of Nursing2685-7154<p><a href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/" rel="license"><img style="border-width: 0;" src="https://i.creativecommons.org/l/by-nc/4.0/88x31.png" alt="Creative Commons License"></a></p> <p><a href="http://ejournal.unklab.ac.id/index.php/kjn/copyright_agreement" target="_blank">Copyright Notice</a></p>FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN MENTAL PERAWAT PENANGGULANGAN COVID-19
https://ejournal.unklab.ac.id/index.php/kjn/article/view/1442
<p><em>The daily rise in COVID-19 cases has intensified the workload for nurses treating patients with the virus, placing healthcare workers at heightened risk for mental health disorders. This study seeks to identify the factors that affect the mental health of nurses working in COVID-19 isolation units. A cross-sectional study was conducted involving 86 nurses, utilizing the Daily Spiritual Experience Scale (DSES), Social Provisions Scale (SPS), Coping Mechanisms Questionnaire (CMQ), and The Mental Health Inventory - 38 (MHI-38) instruments. The findings revealed that the average mental health score of participants was Good (74.03 ± 10.15). Mental Health exhibited a significant correlation with Spiritual Support (r = .40, p < .01), Social Support (r = .56, p < .01), and Coping Mechanisms (r = .25, p < .01). However, factors such as gender, education, and length of service showed no significant correlation. H</em><em>ierarchical multiple regression test </em><em>analysis identified two key predictors of mental health: Spiritual Support (β= .33, p< .01) and Social Support (β= .34, p< .01). These findings suggest that Spiritual Support, Social Support, and effective Coping Mechanisms can enhance an individual's mental health status, with both Spiritual and Social Support serving as predictors of mental health among nurses dealing with COVID-19. </em><em>Healthcare institutions should proactively enhance social and spiritual support to mitigate the crisis's negative impact on nurses' mental health.</em></p> <p>Kasus COVID-19 yang terus bertambah setiap harinya, menyebabkan beban kerja perawat penanggulangan COVID-19 pun terus bertambah. Hal itulah yang menyebabkan tenaga kesehatan berisiko untuk mengalami gangguan kesehatan mental. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental perawat penanggulangan COVID-19. <em>C</em><em>ross sectional</em><em> study design </em>dilakukan pada 86 perawat yang bekerja di ruangan isolasi COVID-19 dengan instrumen <em>Daily Spiritual Experience Scale (DSES), Social Provisions Scale</em> (SPS), <em>Coping Mechanisms Questionnaire</em> (CMQ), dan <em>The Mental Health Inventory - 38 (MHI–38).</em> Hasil menunjukkan bahwa rerata kesehatan mental responden (74,03 ± 10,15). Kesehatan mental mempunyai hubungan yang signifikan dengan dukungan spiritual (<em>r=</em> 0,40, <em>p<</em> ,01), dukungan sosial (<em>r=</em> 0,56, <em>p<</em> 0,01), dan mekanisme koping (<em>r= </em>0.25, <em>p<</em> 0,01); sedangkan jenis kelamin, pendidikan, dan lamanya bekerja tidak mempunyai hubungan yang signifikan. Uji <em>hierarchical multiple regression</em> memperlihatkan dua variabel merupakan predictor dari kesehatan mental seperti dukungan spiritual (<em>β=</em> 0,33, <em>p< </em>0<em>,</em>01), dan dukungan sosial (<em>β=</em> 0,34, <em>p<</em> 0,01). Dukungan spiritual, dukungan sosial dan mekanisme koping yang baik dapat meningkatkan status kesehatan mental seseorang, sedangkan dukungan spiritual dan dukungan sosial merupakan prediktor dari kesehatan mental perawat penanganan COVID-19. Institusi kesehatan harus secara proaktif meningkatkan dukungan sosial dan spiritual untuk mengurangi dampak negatif krisis terhadap kesehatan mental perawat.</p>James Richard MaramisChintya Zhou Chen Mariam SombaDenny Maurits Ruku
Copyright (c) 2025 James Richard Maramis, Chintya Zhou Chen Mariam Somba, Denny Maurits Ruku
2025-10-312025-10-317231632610.37771/kjn.v7i2.1442MENTORING IN NURSING EDUCATION: A SCOPING REVIEW
https://ejournal.unklab.ac.id/index.php/kjn/article/view/1440
<p>Mentoring can serve as a foundation for shaping compassionate and competent nurses. While there is a growing number of studies providing evidence on the beneficial outcomes of mentoring and its integration in mentoring programs, there are few publications that synthesized the literature focusing on identifying specific mentoring strategies. The objective of this scoping review is to explore and summarize the existing literature on mentoring strategies in nursing education and its outcomes. A scoping review was conducted. The databases searched include MEDLINE, CINAHL, ERIC, ScienceDirect, and Biomed Central using the keywords “mentoring”, “nursing”, and “students” to capture all available records that included the concept of mentoring in nursing education. Studies conducted in any academic setting and areas where students conduct clinical placements, and those published in English were included. The studies were independently screened by the authors before data extraction, tabulation, and analysis. Of the 16, 450 records identified,136 articles were assessed for eligibility, and a total of 30 studies were included in the review. Five studies focused on clinical nurse-led mentoring, peer mentoring, faculty mentoring, individual and group mentoring, and tripartite mentoring. The studies consistently showed beneficial outcomes of mentoring on the personal and professional development of the students. The reviewed articles indicate that mentorship is a major strategy that significantly influences the nursing education process and various aspects therein. Mentor support provided through faculty, clinical, and peer structures enhances self-efficacy, professional identity, care, and academic success.</p>Jordana Delicana YumulMa. Sofia A. OrzalMark Job G. Bascos
Copyright (c) 2025 Jordana Delicana Yumul, Ma. Sofia A. Orzal, Mark Job G. Bascos
2025-10-312025-10-317210.37771/kjn.v7i2.1440KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIRETROVIRAL DAN KUALITAS HIDUP ORANG DENGAN HIV
https://ejournal.unklab.ac.id/index.php/kjn/article/view/1427
<p><em>Antiretroviral drugs are medications that must be taken by people living with Human Immunodeficiency Virus (PLHIV) to suppress the amount of virus in the body and strengthen the immune system. The success of this therapy is highly influenced by the patient’s discipline and consistency in adhering to treatment, which plays an important role in improving the quality of life of PLHIV. This study aimed to analyse the relationship between adherence to antiretroviral therapy and the quality of life of PLHIV in the working area of Airmadidi Public Health Center. The research employed a descriptive correlational method with a cross-sectional design, involving 38 participants selected using consecutive sampling techniques. Based on the MMAS-8 questionnaire, 52.6% of participants had low adherence, 23.7% had moderate adherence, and 23.7% had high adherence. The WHOQOL-HIV-BREF questionnaire results showed that 71.1% of participants had a high quality of life, while 28.9% had a good quality of life. The Spearman rank correlation test yielded a p-value of 0.924 (>0.05), indicating no significant relationship between adherence to antiretroviral therapy and the quality of life of PLHIV. This study recommends conducting further research with a larger sample size and considering other influencing factors such as social, economic, or health policy aspects that may affect adherence. Health workers are encouraged to provide education about HIV and antiretroviral therapy and to involve family members or close friends as treatment supporters to improve medication adherence.</em></p> <p>Antiretroviral merupakan obat yang harus dikonsumsi oleh orang dengan Human Immunodeficiency Virus (ODHIV) untuk menekan jumlah virus dalam tubuh serta memperkuat sistem kekebalan tubuh. Keberhasilan terapi ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kedisiplinan dan konsistensi dari penderita dalam menjalani pengobatan, yang berperan penting dalam meningkatkan kualitas hidup ODHIV. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara kepatuhan mengonsumsi antiretroviral dengan kualitas hidup ODHIV di wilayah kerja Puskesmas Airmadidi. Penelitian menggunakan metode deskriptif korelasi dengan desain cross-sectional, melibatkan 38 sampel yang dipilih melalui teknik consecutive sampling. Berdasarkan kuesioner MMAS-8, sebanyak 52,6% partisipan memiliki kepatuhan rendah, 23,7% kepatuhan sedang, dan 23,7% kepatuhan tinggi. Hasil kuesioner WHOQOL-HIV-BREF menunjukkan 71,1% partisipan memiliki kualitas hidup tinggi, sementara 28,9% memiliki kualitas hidup baik. Uji korelasi Spearman rank menunjukkan p-value 0,924 (>0,05), menandakan tidak ada hubungan signifikan antara kepatuhan mengonsumsi antiretroviral dengan kualitas hidup ODHIV. Penelitian ini merekomendasikan agar studi lanjutan dilakukan dengan jumlah sampel lebih besar dan mempertimbangkan faktor-faktor lain, seperti sosial, ekonomi, atau kebijakan kesehatan, yang dapat memengaruhi kepatuhan. Bagi petugas kesehatan diharapkan memberikan penyuluhan tentang HIV dan antiretroviral serta melibatkan keluarga, teman terdekat sebagai pendamping minum obat supaya meningkatkan kepatuhan minum obat.</p> <p> </p>Andreas RantepadangLeoni Atalia Tamuntuan
Copyright (c) 2025 Andreas Rantepadang, Leoni Atalia Tamuntuan
2025-10-242025-10-247229930610.37771/kjn.v7i2.1427TINGKAT PENGETAHUAN ANEMIA IBU HAMIL DAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE
https://ejournal.unklab.ac.id/index.php/kjn/article/view/1421
<p>Adherence to iron (Fe) tablet supplementation is one of the key preventive strategies for anemia, which is a common health problem during pregnancy. Knowing about anemia is a crucial part of supporting adherence of Fe tablet intake. This study aimed to identify the corellation between pregnant women’s knowledge about anemia and their adherence to consuming Fe tablets. A descriptive correlational design with a cross-sectional approach was applied in this study. This sample was involving 84 respondents chosen through consecutive sampling. Findings revealed that 74 respondents (88.1%) demonstrated good knowledge, while 43 respondents (51.2%) were non-compliant in taking Fe tablets. The Spearman rank correlation test produced r = 0.319 and p = 0.003 (< 0.05), indicating a weak but positive correlation between knowledge level and Fe tablet adherence among pregnant women at the Kolongan Public Health Center. It is suggested that the health center strengthen education and counseling for pregnant women through maternal classes and consistent monitoring to increase compliance with iron supplementation.</p> <p>Salah satu masalah kesehatan yang paling sering terhadi selama masa kehamilan adalah anemia. Menjaga kepatuhan ibu hamil terhadap penggunaan tablet besi adalah salah satu cara untuk mencegahnya. Pengetahuan tentang anemia sangat penting untuk mendukung kepatuhan ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang anemia dan kepatuhan mereka terhadap penggunaan tablet besi. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif korelasional dan teknik <em>cross-sectional</em>, dengan 84 responden yang dipilih secara <em>consecutive</em>. Hasil studi menunjukkan bahwa 74 responden (88,1%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik, sedangkan 43 responden (51,2%) tidak patuh mengonsumsi tablet Fe. Analisis <em>Spearman rank</em> memperoleh nilai r = 0,319 dan p = 0,003 (<0,05), membuktikan ada korelasi yang lemah tingkat pengetahuan dan kepatuhan mengonsumsi tablet Fe pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kolongan. Disarankan agar Puskesmas Kolongan meningkatkan kegiatan edukasi dan pendampingan melalui kelas ibu hamil serta pemantauan rutin guna memastikan tablet Fe dikonsumsi oleh ibu</p>Angelia Friska TendeanRachel Victoria Frisya SumampouwCherol Nelson Ering
Copyright (c) 2025 Angelia Friska Tendean, Rachel Victoria Frisya Sumampouw, Cherol Nelson Ering
2025-10-202025-10-207228029010.37771/kjn.v7i2.1421LAMA MENJALANI HEMODIALISA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN YANG MENJALANI HEMODIALISA
https://ejournal.unklab.ac.id/index.php/kjn/article/view/1418
<p><em>The prevalence of chronic kidney disease continues to increase globally, requiring renal replacement therapy such as hemodialysis to sustain life. In the long term, hemodialysis is often accompanied by financial burdens and work limitations, sexual dysfunction, anxiety and depression, and lifestyle changes that reduce the quality of life of patients. The purpose of this study was to determine whether there is a significant relationship between the duration of hemodialysis and the quality of life of patients undergoing hemodialysis at Dr. R. D. Kandou General Hospital in Manado. This study is a quantitative cross-sectional study involving 80 respondents selected using purposive sampling. The instrument used was the Kidney Disease Quality of Life version 1.3, with Cronbach's alpha reliability ranging from 0.580 to 0.999. Data on the duration of hemodialysis was obtained based on the number of years the respondents had undergone therapy. The results of the analysis using Spearman's rho test showed a p-value of 0.101, indicating that there was no significant relationship between the duration of hemodialysis and quality of life in patients at Prof. Dr. R. D. Kandou General Hospital in Manado. In the quality of life domain, dialysis staff support and social support received good ratings. Therefore, it is recommended that families and dialysis staff continue to provide support to improve the motivation and quality of life of hemodialysis patients.<br></em></p> <p>Prevalensi penyakit ginjal kronis terus meningkat secara global, dan memerlukan terapi pengganti ginjal seperti hemodialisis untuk mempertahankan hidup. Dalam jangka panjang, hemodialisis kerap disertai beban finansial dan keterbatasan pekerjaan, disfungsi seksual, kecemasan dan depresi, serta perubahan gaya hidup yang menurunkan kualitas hidup pasien. Tujuan penelitan ini untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara lama menjalani hemodialisa dengan kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisa di RSUP. Dr. R. D. Kandou Manado. Penelitian ini merupakan studi kuantitatif dengan desain <em>cross sectional</em> yang melibatkan 80 responden yang dipilih menggunakan teknik <em>purposive sampling</em>. Instrumen yang digunakan adalah <em>Kidney Disease Quality of Life</em> versi 1.3, dengan reliabilitas <em>cronbach's alpha</em> berkisar 0,580–0,999. Data mengenai lama hemodialisis diperoleh berdasarkan jumlah tahun responden menjalani terapi. Hasil analisis menggunakan uji <em>spearman’s rho</em> menunjukkan <em>p-value</em> 0,101, menandakan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama menjalani hemodialisis dan kualitas hidup pada pasien di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Pada domain kualitas hidup, dukungan staf dialisis dan dukungan sosial memiliki hasil penilaian yang baik. Oleh karena itu, direkomendasikan agar keluarga dan staf dialisis terus memberikan dukungan untuk meningkatkan motivasi dan kualitas hidup pasien hemodialisis.</p> <p><em> </em></p>Reagen Jimmy MandiasMichel Aurora Gretchen
Copyright (c) 2025 Reagen Jimmy Mandias, Michel Aurora Gretchen
2025-10-242025-10-247229129810.37771/kjn.v7i2.1418COMPARATIVE STUDY: FAMILY SUPPORT FOR STROKE PATIENTS BASED ON DEMOGRAPHIC PROFILE, TYPE OF STROKE, AND DURATION OF HOSPITALIZATION
https://ejournal.unklab.ac.id/index.php/kjn/article/view/1410
<p><em>Family support is a crucial component in the care process for stroke patients, but there is still little research evaluating its intensity based on demographic profiles and clinical conditions. This study aims to analyze the relationship between demographic profiles (age, gender, education level, occupation, income), stroke type, and length of hospital stay on family support for stroke patients. This study used an analytical cross-sectional method with a cross-sectional approach involving 62 stroke patients treated at a hospital in Manado. Data was collected through survey sheets and observations combined with family support questionnaires. The data were analyzed using the Mann–Whitney and Kruskal–Wallis tests. The results showed that the highest level of family support was found in young-old patients (60–74 years), those with higher education, those with income above the minimum wage, and those with a long hospitalization duration (≥8 days). Meanwhile, in the correlation test, gender, occupation, and type of stroke did not show significant differences in family support (p>.05). However, age, education, family income, and length of hospital stay showed significant differences in the intensity of family support (p<.05) when providing assistance to stroke patients who were hospitalize. Recommendations that can be given in this study are the design of family education programs based on patient demographic profiles, such as health literacy modules for low-educated families and coping skills training for low-income families, as well as implementing family-centered care that involves family members from the first day of hospitalization.</em></p> <p style="text-align: justify; margin: 0in 1.45pt 0in 0in;"><span lang="FIL-PH">Dukungan keluarga merupakan komponen krusial dalam proses perawatan pasien stroke, namun masih sedikit penelitian yang mengevaluasi intensitasnya berdasarkan profil demografi dan kondisi klinisnya. Studi ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara profil demografi (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan), jenis stroke, dan durasi rawat inap terhadap dukungan keluarga pada pasien stroke. Studi ini menggunakan metode <em>analytical cross-sectional study</em> yang melibatkan 62 pasien stroke yang dirawat di salah satu rumah sakit di Manado. Data dikumpulkan melalui lembar survei dan observasi yang dikombinasikan dengan kuesioner dukungan keluarga. Data yang tersebut dianalisis menggunakan uji deskriptif, Mann–Whitney, dan Kruskal–Wallis. Temuan hasil menunjukkan bahwa dukungan keluarga tertinggi ditemukan pada pasien usia young-old (60–74 tahun), berpendidikan tinggi, berpendapatan di atas upah minimun, dan durasi rawat inap panjang (≥8 hari). Sementara pada uji hubungan, jenis kelamin, pekerjaan, dan tipe stroke tidak menunjukkan perbedaan dukungan keluarga yang signifikan (P>,005). Sedangkan untuk faktor usia, pendidikan, pendapatan keluarga, dan lama rawat inap mempunyai perbedaan intensitas dukungan keluarga yang signifikan (P<,005) saat memberikan pendampingan pada pasien stroke yang sedang dirawat inap. Rekomendasi yang dapat diberikan dalam studi ini adalah perancangan program edukasi keluarga berdasarkan profil demografi pasien, seperti modul literasi kesehatan bagi keluarga berpendidikan rendah dan pelatihan coping skills untuk keluarga berpendapatan terbatas, serta menerapkan <em>family centered care</em> yang melibatkan anggota keluarga sejak hari pertama rawat inap.</span></p>Elisa Anderson
Copyright (c) 2025 Elisa Anderson
2025-10-202025-10-207226427910.37771/kjn.v7i2.1410MEDIA CONVERGENCE USING LOCAL FOOD (TINUTUAN) TO IMPROVE MOTHERS’ KNOWLEDGE, ATTITUDES, AND BEHAVIORS FOR STUNTING PREVENTION IN KEMA, NORTH MINAHASA
https://ejournal.unklab.ac.id/index.php/kjn/article/view/1408
<p><em>Stunting is a health issue in children that can be avoided by providing appropriate nutrition intervention and improving nutritious locally sourced meals. Manado porridge, known as tinutuan, is a nourishing traditional cuisine from North Sulawesi, Indonesia. It can be used as a supplementary diet to reduce stunting in children under the age of five. However, due to a lack of information among mothers, tinutuan is primarily taken by adults. Media Convergence is an effective way to increase knowledge, attitude, and behavior related to stunting prevention. The purpose of this study was to analyze the effect of media convergence based on local foods on mothers' knowledge, attitudes, and behaviors of stunting prevention in children under the age of five. A quasi-experimental design with a control group, pre, and posttest was used. The purposive sampling technique was used to recruit 30 respondents. The intervention was carried out by education using media convergence of booklet dan videos that contain about stunting and how to prevent it using locally sourced food, also how to cook the tinutuan. Mann-Whitney tests were used to analyze the effect on the treatment group before the intervention. The result shows that there is significant effect of media convergence based on local foods on mothers' knowledge, attitudes, and behaviors of stunting prevention (p < 0.005). </em></p> <p>Stunting adalah masalah kesehatan pada anak-anak yang dapat dicegah dengan memberikan intervensi gizi yang tepat dan meningkatkan kualitas makanan bergizi yang berasal dari pangan lokal. Bubur Manado, yang dikenal sebagai tinutuan, adalah masakan tradisional bergizi dari Sulawesi Utara, Indonesia. Bubur ini dapat digunakan sebagai makanan tambahan untuk mengurangi stunting pada anak di bawah usia lima tahun. Namun, karena kurangnya informasi di kalangan ibu, tinutuan umumnya dikonsumsi oleh orang dewasa. Konvergensi media merupakan cara efektif untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku terkait pencegahan stunting. Tujuan studi ini adalah menganalisis pengaruh konvergensi media berbasis pangan lokal terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dalam pencegahan stunting pada anak di bawah usia lima tahun. Desain quasi-eksperimental dengan kelompok control menggunakan pretest dan posttest. Teknik purposive sampling digunakan untuk merekrut 30 responden. Intervensi dilakukan melalui edukasi menggunakan konvergensi media berupa booklet dan video yang berisi informasi tentang stunting dan cara mencegahnya menggunakan makanan lokal, serta cara memasak tinutuan. Uji Mann-Whitney digunakan untuk menganalisis pengaruh pada kelompok perlakuan sebelum intervensi. Hasil menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari konvergensi media berbasis makanan lokal terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dalam pencegahan stunting (p < 0.005).</p>Mutiara Wahyuni ManoppoEllen Padaunan
Copyright (c) 2025 Mutiara Wahyuni Manoppo, Ellen Padaunan
2025-10-202025-10-207225126310.37771/kjn.v7i2.1408HUBUNGAN KARAKTERISTIK PEMBIMBING KLINIK DENGAN PENCAPAIAN KOMPETENSI KLINIK MAHASISWA PROFESI NERS
https://ejournal.unklab.ac.id/index.php/kjn/article/view/1407
<p><em>Nursing professional students are required to master theoretical knowledge and possess competent practical skills in providing patient care during clinical practice. Clinical instructors play an important role in supporting the achievement of nursing student’s clinical competence, especially when they possess positive instructor characteristics. The aim of this study was to determine the relationship between clinical instructor characteristics and the clinical competence of nursing professional student at the Faculty of Nursing, Klabat University. </em><em>The design of this study was quantitative research using descriptive research methods with a cross-sectional approach. The sample consisted of 96 respondents. Statistical test results showed that the description of clinical supervisors was in the high category, with 37 (38.6%) respondents. The description of clinical competence was mostly in the moderate category, with a frequency of 38 (39.7%). The results of the study show a correlation between the characteristics of clinical supervisors and the achievement of clinical competence of nursing students at Unklab with a p-value of 0.022 (<0.05) and a correlation coefficient of (r) = 0.234, which means that there is a significant relationship between the characteristics of clinical supervisors and the achievement of clinical competence of nursing students and has a weak positive relationship. Recommendations for further research include investigating other factors that may influence the achievement of nursing students' competencies, such as anxiety levels, practice environment, educational institution support, interests, and attitudes.</em></p> <p>Mahasiswa profesi ners dituntut menguasai pengetahuan dan memiliki kemampuan praktik yang kompeten dalam merawat pasien didunia praktik lapangan dan pembimbing klinik merupakan seorang yang memiliki peran penting dalam pencapaian mahasiswa profesi ners jika memiliki karakteristik pembimbing yang baik. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan karakteristik pembimbing klinik dengan pencapaian kompetensi klinik mahasiswa profesi ners fakultas keperawatan Unklab. Desain penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan penelitian cross sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 96 responden. Hasil uji statistik menyatakan bahwa gambaran pembimbing klinik berada pada kategori tinggi sebanyak 37 (38,6%). Untuk gambaran kompetensi klinik mayoritas berada pada kategori sedang dengan frekuensi 38 (39,7%). Hasil penelitian ada korelasi antara karakteristik pembimbing klinik dengan pencapaian kompetensi klinik mahasiswa profesi ners Unklab dengan nilai p-value = 0,022 (<0,05) dengan nilai koefisien korelasi (r) = 0,234 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara karakteristik pembimbing klinik dengan pencapaian komptenesi klinik mahasiswa profesi ners dan memiliki hubungan yang lemah kearah yang positif. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya agar meneliti lebih lebih lanjut mengenai faktor -faktor lain yang dapat mempengaruhi pencapaian kompetensi mahasiswa profesi ners seperti tingkat kecemasan, lingkungan praktek, dukungan institusi pendidikan, minat dan sikap.</p>Ellen PadaunanDira M. E. Sigar
Copyright (c) 2025 Ellen Padaunan, Dira M. E. Sigar
2025-10-202025-10-207224225010.37771/kjn.v7i2.1407STRATEGI KOPING MAHASISWA TINGKAT AKHIR DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI
https://ejournal.unklab.ac.id/index.php/kjn/article/view/1405
<p><em>Final-year students often face academic, psychological, and environmental pressures in the process of writing their theses. This condition requires the use of effective coping strategies, but not all students are able to manage them adaptively, putting them at risk of stress and delays in completing their theses. This study aims to determine the differences in coping strategies among final year students who are writing their thesis at Klabat University. The method used was an analytical survey with a comparative model through a cross-sectional approach on the population of final year students at Klabat University, calculated using the Slovin formula with a total of 236. The sampling technique used is Purposive Sampling, and the data is analyzed using the Kruskal Wallis statistical test. The results show that the majority of 234 (99.2%) respondents have excellent coping strategies, while only 2 respondents (0.8%) have good coping strategies. There is a significant difference in coping strategies based on faculty among final year students who are writing their thesis at Klabat University, with a p-value of 0.038 < 0.05. Recommendations for students writing their thesis are to apply good adaptive coping strategies to prevent academic stress, for educational institutions to create activities that build mental health, and for future researchers to conduct research on factors that influence coping strategies.</em></p> <p>Mahasiswa tingkat akhir sering menghadapi tekanan akademik, psikologis, dan lingkungan dalam proses penyusunan skripsi. Kondisi ini menuntut penggunaan strategi koping yang efektif, namun tidak semua mahasiswa mampu mengelolanya secara adaptif sehingga berisiko menimbulkan stres dan keterlambatan penyelesaian skripsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan koping pada tingkat akhir yang sedang menulis skripsi di Universitas Klabat. Metode yang digunakan yaitu survei analitik dengan model komparatif melalui pendakatan <em>cross-sectional</em> pada populasi mahasiswa tingkat akhir di Universitas Klabat yang dihitung menggunakan rumus slovin dengan jumlah 236. Teknik pengambilan sampel menggunakan <em>Purposive Sampling</em> serta data dianalisis menggunakan uji statistik Krulkal Wallis. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas sebanyak 234 (99,2%) responden memiliki koping yang sangat baik sedangkan hanya 2 responden (0,8%) memiliki koping baik. Terdapat perbedaan koping yang signifikan berdasarkan setiap fakultas pada mahasisiwa tingkat akhir yang sedang menyusun skripsi di Universitas Klabat didapati p-value = 0.038 < 0,05. Rekomendasi untuk mahasiswa yang sedang menyusun skripsi untuk dapat mencegah stress akademik dengan menerapkan koping yang baik secara adaptif, untuk institusi pendidikan agar bisa membuat kegiatan yang membangun kesehatan mental, untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi strategi koping.</p>Nadya Natallie Steni MacawalangI Gede Purnawinadi
Copyright (c) 2025 Nadya Natallie Steni Macawalang, I Gede Purnawinadi
2025-10-202025-10-207223124110.37771/kjn.v7i2.1405PENGARUH SENAM KAKI DIABETES TERHADAP SENSITIVITAS KAKI DENGAN PENGUKURAN IPSWICH TOUCH TEST (IPTT)
https://ejournal.unklab.ac.id/index.php/kjn/article/view/1401
<p><em>Background: Diabetes mellitus (DM) is a chronic disease frequently associated with peripheral neuropathy, which manifests as reduced foot sensitivity and increases the risk of diabetic foot ulcers and amputations. The Ipswich Touch Test (IPTT) is a simple and low-cost screening method that is feasible to implement in primary health care settings in Indonesia. Objective: This study aimed to analyze the effect of diabetic foot exercise on foot sensitivity measured using IPTT and to highlight its contribution to evidence-based nursing practice. Methods: A quasi-experimental pretest–posttest control group design was applied. Thirty patients with type 2 DM from Kota Timur Health Center were recruited through purposive sampling and divided equally into intervention (n=15) and control (n=15) groups. The intervention group performed supervised diabetic foot exercises three times per week for four consecutive weeks, while the control group received standard education only. Foot sensitivity was assessed using IPTT before and after the intervention. Data were analyzed with the Wilcoxon signed-rank test and the Mann–Whitney U test at a significance level of ρ<0.05. Results: The intervention group demonstrated a significant improvement in foot sensitivity (p<0.001), while the control group showed no clinically meaningful change (p=0.008). Posttest scores differed significantly between groups (p<0.001). Conclusion: Diabetic foot exercise effectively improves foot sensitivity in patients with type 2 DM as measured by IPTT. This study emphasizes IPTT as a practical screening tool in Indonesian primary care and supports its integration into national diabetes programs such as Prolanis.</em></p> <p>Latar belakang: Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang sering menimbulkan komplikasi neuropati perifer berupa penurunan sensitivitas kaki. Kondisi ini meningkatkan risiko ulkus diabetikum hingga amputasi. Deteksi dini sensitivitas kaki menggunakan <em>Ipswich Touch Test </em>(IPTT) merupakan pendekatan sederhana yang relevan diterapkan di layanan primer Indonesia. Tujuan: Menganalisis pengaruh senam kaki diabetes terhadap sensitivitas kaki dengan menggunakan IPTT. Metode: Penelitian quasi-experiment dengan desain pretest–posttest control group. Sampel 30 pasien DM tipe 2 di Puskesmas Kota Timur, terdiri dari kelompok intervensi (n=15) yang melakukan senam kaki tiga kali seminggu selama empat minggu, dan kelompok kontrol (n=15) yang hanya menerima edukasi standar. Hasil: <em>Uji Wilcoxon</em> menunjukkan peningkatan signifikan sensitivitas kaki pada kelompok intervensi (p<0,001), sedangkan perubahan pada kelompok kontrol tidak bermakna secara klinis (p=0,008). <em>Uji Mann–Whitney</em> menunjukkan perbedaan signifikan skor posttest antar kelompok (p<0,001). Kesimpulan: Senam kaki efektif meningkatkan sensitivitas kaki pasien DM tipe 2. Penelitian ini berkontribusi terhadap praktik keperawatan berbasis bukti dengan menekankan IPTT sebagai alat skrining sederhana di layanan primer. Intervensi ini juga relevan diintegrasikan dalam program nasional seperti Prolanis.</p>Ratnawati RatnawatiJumari JumariSri Susanti PapukeIrmariani Irbar
Copyright (c) 2025 Ratnawati Ratnawati, Jumari Jumari, Sri Susanti Papuke, Irmariani Irbar
2025-10-202025-10-207222123010.37771/kjn.v7i2.1401HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU PERINEAL HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI
https://ejournal.unklab.ac.id/index.php/kjn/article/view/1394
<p><em>The behavior of maintaining cleanliness of the perineal area (perineal hygiene) during menstruation is an important factor in maintaining cleanliness and reproductive health, especially in adolescent girls to prevent the risk of infection in the genital area. Many adolescent girls have sufficient knowledge, but it has not been followed by the correct behavior in maintaining genital hygiene during menstruation. This study aims to determine the relationship between knowledge and perineal hygiene behavior during menstruation in adolescent girls. The research method employed a descriptive correlation with a cross-sectional study design. A total of 129 samples were collected using purposive sampling. The results showed that 17 participants (13.2%) had good knowledge, 90 participants (69.8%) had sufficient knowledge while 22 participants (17.1%) had insufficient knowledge. Perineal hygiene behavior during menstruation was found to be 68 participants (52.7%) showed good behavior while 61 participants (47.3%) showed insufficient behavior. The statistical test results revealed a p-value of 0.231, which is greater than the significance level of 0.05. This indicates that there is no significant relationship between knowledge and perineal hygiene behavior during menstruation among adolescent girls. Recommendations for adolescent girls include increasing awareness and maintaining good genital hygiene habits during menstruation to prevent infection. This research is also expected to serve as a baseline for further studies, considering external (cultural) and internal (developmental level, habits) factors that may influence perineal hygiene behavior.</em></p> <p>Perilaku menjaga kebersihan area perineum (<em>perineal hygiene) </em>selama menstruasi merupakan faktor penting dalam menjaga kebersihan dan kesehatan reproduksi, khususnya pada remaja putri untuk mencegah risiko infeksi pada area genital. Banyak remaja putri memiliki pengetahuan yang cukup, tetapi belum diikuti oleh perilaku yang benar dalam menjaga kebersihan area genital saat menstruasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan perilaku <em>perineal hygiene </em>saat menstruasi pada remaja putri. Metode penelitian menggunakan deskriptif korelasi dengan desain penelitian <em>cross sectional </em>dengan 129 sampel yang diambil menggunakan teknik <em>purposive sampling</em>. Hasil penelitian menunjukkan 17 partisipan (13,2%) memiliki pengetahuan baik, 90 partisipan (69,8%) memiliki pengetahuan cukup sedangkan 22 partisipan (17,1%) mempunyai pengetahuan kurang. Perilaku <em>perineal hygiene </em>saat menstruasi didapati 68 partisipan (52,7%) menunjukkan perilaku baik sedangkan 61 partisipan (47,3%) menunjukkan perilaku yang kurang. Hasil uji statistik <em>spearman rank </em>didapati <em>p-value </em>= 0,231 > 0,05, menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku <em>perineal hygiene</em> saat menstruasi pada remaja putri. Rekomendasi bagi remaja putri meningkatkan kesadaran dan kebiasaan menjaga kebersihan area genital selama menstruasi untuk mencegah infeksi. Penelitian ini juga diharapkan menjadi acuan awal bagi studi selanjutnya, dengan mempertimbangkan faktor eksternal (budaya) dan internal (tingkat perkembangan, kebiasaan) yang dapat mempengaruhi perilaku <em>perineal hygiene</em>.</p>Ivanna ManoppoSagita Dwiyanti
Copyright (c) 2025 Ivanna Manoppo, Sagita Dwiyanti, the
2025-10-202025-10-207221222010.37771/kjn.v7i2.1394EFEKTIVITAS PERAWATAN LUKA DENGAN REBUSAN PIPER CROCATUM TERHADAP TINGKAT PENYEMBUHAN ULKUS DIABETIKUM
https://ejournal.unklab.ac.id/index.php/kjn/article/view/1392
<p><em>Background: The increasing prevalence of diabetes mellitus with diabetic foot ulcers has become a major health problem. One alternative treatment to accelerate wound healing is the use of Piper crocatum (red betel leaf) decoction as a wound cleanser. Objective: To examine the effectiveness of wound care using Piper crocatum decoction in improving the healing process of diabetic foot ulcers. Methods: This quasi-experimental study applied a pre–post control group design. Thirty patients with type 2 diabetes mellitus and diabetic ulcers were recruited and divided into two groups: intervention (n = 15) and control (n = 15). The intervention group received wound care with Piper crocatum decoction, administered six times over 16 days at two-day intervals, while the control group received standard wound care and diabetes education. Wound healing was assessed using the Bates-Jensen Wound Assessment Tool (BWAT) at baseline (pretest) and after 16 days (posttest). Data were analyzed using Shapiro-Wilk for normality and paired t-test for within-group comparisons. Results: In the intervention group, the mean BWAT score significantly decreased from 34.27 (SD = 2.69) to 19.67 (SD = 3.44) (p < 0.001). In contrast, the control group showed no significant difference, with a mean score of 33.53 (SD = 3.74) before treatment and 32.93 (SD = 3.49) after treatment (p = 0.178). Conclusion: Wound care using Piper crocatum decoction was proven effective in accelerating the healing of diabetic ulcers compared to standard wound care. This intervention is simple, economical, and feasible to be applied in primary healthcare settings.</em></p> <p>Latar Belakang: Jumlah penderita diabetes melitus dengan ulkus kaki terus meningkat dan menjadi masalah serius dalam pelayanan kesehatan. Salah satu pilihan alternatif untuk mempercepat penyembuhan adalah penggunaan rebusan daun <em>Piper crocatum</em> (sirih merah) sebagai cairan pembersih luka. Tujuan: Menilai efektivitas perawatan luka menggunakan rebusan <em>Piper crocatum</em> terhadap penyembuhan ulkus diabetikum. Metode: Penelitian menggunakan rancangan quasi experimental dengan desain pre–post dua kelompok. Sebanyak 30 responden dengan diabetes melitus tipe 2 dan ulkus diabetikum dibagi menjadi kelompok perlakuan (n=15) dan kelompok kontrol (n=15). Kelompok perlakuan diberikan terapi cuci luka dengan rebusan <em>Piper crocatum</em> sebanyak enam kali selama 16 hari dengan interval dua hari. Kelompok kontrol memperoleh perawatan luka standar serta edukasi mengenai diabetes. Penyembuhan luka dinilai dengan <em>Bates-Jensen Wound Assessment Tool</em> (BWAT) pada awal dan akhir penelitian. Analisis data meliputi uji normalitas Shapiro-Wilk dan <em>uji paired t-test</em>. Hasil: Pada kelompok intervensi, rata-rata skor BWAT menurun signifikan dari 34,27 (SD = 2,69) menjadi 19,67 (SD = 3,44) (p < 0,001). Sebaliknya, kelompok kontrol tidak menunjukkan perubahan bermakna, dengan rata-rata skor 33,53 (SD = 3,74) sebelum perlakuan dan 32,93 (SD = 3,49) setelah perlakuan (p = 0,178). Kesimpulan: Perawatan luka menggunakan rebusan <em>Piper crocatum</em> terbukti lebih efektif mempercepat penyembuhan ulkus diabetikum dibandingkan perawatan standar. Intervensi ini sederhana, terjangkau, dan layak dipertimbangkan di pelayanan kesehatan primer.</p>Sri Susanti PapukeJumari JumariRatnawati Ratnawati
Copyright (c) 2025 Sri Susanti Papuke, Jumari Jumari; Ratnawati Ratnawati
2025-10-202025-10-207220321110.37771/kjn.v7i2.1392INTENSITAS PENGGUNAAN SMARTPHONE DAN RISIKO TERJADINYA DE QUERVAIN’S SYNDROME KEPADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU KOMPUTER DI UNIVERSITAS KLABAT
https://ejournal.unklab.ac.id/index.php/kjn/article/view/1390
<p><em>The intensity of smartphone use has been considered as one of the risk factors for developing De Quervain’s Syndrome, a condition caused by repetitive hand movements leading to inflammation of the wrist tendons. This study aimed to determine the relationship between smartphone usage intensity and the risk of De Quervain’s Syndrome among students of the Faculty of Computer Science at Universitas Klabat. A cross-sectional design was applied with statistical analysis using Spearman’s rho correlation and ordinal logistic regression. A total of 244 participants were recruited based on the Slovin formula with an additional 10% attrition rate. Research instruments included the De Quervain Screening Tool (DQST) and a smartphone usage intensity questionnaire. The results indicated that most participants had a high level of smartphone usage (88.5%), while the majority presented a low risk of De Quervain’s Syndrome in the right hand (43.4%) and in the left hand (42.2%). Statistical analysis showed p values of 0.791 for the right hand and 0.600 for the left hand, indicating no significant relationship between smartphone usage intensity and the risk of De Quervain’s Syndrome. Logistic regression analysis also revealed that the alpha values of all smartphone usage variables were >0.05, suggesting no partial effect on the risk. This study recommends that students use smartphones more wisely to prevent health problems and encourages further research to investigate other contributing factors related to intensive smartphone use.</em></p> <p>Intensitas penggunaan smartphone merupakan salah satu faktor risiko yang dapat memicu terjadinya <em>De Quervain Syndrome</em> akibat gerakan berulang yang menyebabkan peradangan pada tendon pergelangan tangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas penggunaan <em>smartphone</em> dan risiko terjadinya <em>De Quervain Syndrome</em> pada mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Klabat. Penelitian menggunakan <em>desain cross sectional</em> dengan uji <em>Spearman’s rho correlation</em> dan <em>ordinal logistic regression</em>. Sebanyak 244 partisipan ditentukan melalui perhitungan rumus <em>Slovin</em> dengan tambahan 10% <em>attrition rate</em>. Instrumen penelitian berupa kuesioner <em>De Quervain Screening Tool</em> (DQST) dan kuesioner intensitas penggunaan <em>smartphone</em>. Hasil menunjukkan sebagian besar partisipan memiliki intensitas penggunaan <em>smartphone</em> tinggi (88,5%), serta risiko rendah untuk tangan kanan (43,4%) maupun tangan kiri (42,2%). Analisis statistik memperoleh <em>p value </em>tangan kanan (p=0,791) dan tangan kiri (p=0,600), sehingga tidak terdapat hubungan signifikan antara intensitas penggunaan <em>smartphone</em> dan <em>risiko De Quervain Syndrome</em>. Uji regresi logistik juga menunjukkan nilai <em>alpha</em> dari seluruh variabel >0,05 yang berarti tidak berpengaruh secara parsial terhadap risiko. Penelitian ini menyarankan mahasiswa agar lebih bijaksana menggunakan <em>smartphone</em> untuk mencegah masalah kesehatan, serta mendorong penelitian selanjutnya meninjau faktor lain yang mungkin berhubungan dengan penggunaan <em>smartphone</em> intensitas tinggi.</p>Anggryani CarolineFrendy Fernando Pitoy
Copyright (c) 2025 Anggryani Caroline, Frendy Fernando Pitoy
2025-10-202025-10-207218820210.37771/kjn.v7i2.1390PSYCHOSOCIAL FACTORS ASSOCIATED WITH EXCLUSIVE BREASTFEEDING IN POSTPARTUM MOTHERS AT CITRA ARAFIQ HOSPITAL
https://ejournal.unklab.ac.id/index.php/kjn/article/view/1381
<p><em>Exclusive breastfeeding is essential for infant growth and immunity, yet its implementation remains suboptimal. Psychosocial factors, particularly maternal anxiety and perceived social support, are believed to influence breastfeeding behavior. This study aimed to examine the relationship between anxiety and social support with exclusive breastfeeding among postpartum mothers. A cross-sectional analytical study was conducted involving 120 postpartum mothers at Citra Arafiq Hospital, Depok. Samples were selected using purposive sampling. Anxiety was measured using the Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/ SRAS), and social support was evaluated using the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS). To analyze the data, the Spearman rank correlation test was used. The results showed a strong negative connection between anxiety and exclusive breastfeeding (ρ = 0.000; r = -0.577), the term negative indicates the opposite direction of the relationship, while strong indicates that the relationship is significant or has a major impact. It means that people with higher anxiety were less likely to exclusively breastfeed. Conversely, a significant positive correlation was found between social support and exclusive breastfeeding (ρ = 0.000; r = -0.487), suggesting that greater support increases the likelihood of successful exclusive breastfeeding. In conclusion, maternal anxiety and social support are significantly associated with exclusive breastfeeding practices. These findings highlight the need for comprehensive postpartum care that includes emotional support and anxiety reduction interventions to improve breastfeeding outcomes.</em></p> <p>Menyusui eksklusif sangat penting untuk pertumbuhan dan kekebalan bayi, namun implementasinya masih belum optimal. Faktor psikososial, terutama kecemasan ibu dan dukungan sosial yang dirasakan, diyakini mempengaruhi perilaku menyusui. Studi ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara kecemasan dan dukungan sosial dengan menyusui eksklusif di kalangan ibu pasca persalinan. Studi analitis transversal dilakukan melibatkan 120 ibu pasca persalinan di Rumah Sakit Citra Arafiq, Depok. Sampel dipilih menggunakan metode sampling purposif. Kecemasan diukur menggunakan Skala Kecemasan Self-Rating Zung (SAS/SRAS), sedangkan dukungan sosial dievaluasi menggunakan Skala Dukungan Sosial Multidimensi (MSPSS). Untuk menganalisis data, digunakan uji korelasi rank Spearman. Hasil menunjukkan hubungan negatif yang kuat antara kecemasan dan pemberian ASI eksklusif (ρ = 0.000; r = -0.577), istilah negatif menunjukkan arah hubungan yang berlawanan, sedangkan kuat menunjukkan bahwa hubungan tersebut berpengaruh besar atau signifikan. Hal ini berarti orang dengan kecemasan yang lebih tinggi cenderung kurang mungkin melakukan pemberian ASI eksklusif. Sebaliknya, ditemukan korelasi positif yang signifikan antara dukungan sosial dan pemberian ASI eksklusif (ρ = 0.000; r = -0.487), menunjukkan bahwa dukungan yang lebih besar meningkatkan kemungkinan keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Kesimpulannya, kecemasan ibu dan dukungan sosial memiliki hubungan yang signifikan dengan praktik menyusui eksklusif. Temuan ini menyoroti pentingnya perawatan pasca persalinan yang komprehensif, yang mencakup dukungan emosional dan intervensi untuk mengurangi kecemasan, guna meningkatkan hasil menyusui.</p>Keyla Aulia AlnovSiti Sholihat
Copyright (c) 2025 Keyla Aulia Alnov, Siti Sholihat
2025-10-262025-10-267230731510.37771/kjn.v7i2.1381STRES AKADEMIK DAN POLA MAKAN PADA MAHASISWA KEPERAWATAN TINGKAT AKHIR
https://ejournal.unklab.ac.id/index.php/kjn/article/view/1376
<p><em>Eating pattern is an important component in maintaining body balance, improving immunity, preventing various diseases, and supporting the academic performance of students in facing various academic pressures. Lack of education causes many people to be unaware of the adverse effects of an imbalanced diet. This study aims to analyze the relationship between academic stress and eating patterns among final-year nursing students at Klabat University. The research method used is a descriptive correlational approach through a cross-sectional design with total sampling technique of 98 respondents. The two instruments—academic stress, measured using the Perceived Academic Stress Scale (PASS), and eating patterns—were adapted from previous questionnaires, which had been validated and tested for reliability with Cronbach's Alpha of 0.83 for academic stress and 0.70 for eating patterns. Data analysis using Pearson’s correlation test revealed a significant and negative correlation between academic stress and eating patterns (r = -0.329; p = 0.001). This means that higher levels of academic stress are associated with poorer eating patterns among students. These findings highlight the importance of stress management strategies and nutrition education as part of promotive-preventive efforts to enhance student well-being. Recommendations for future researchers include exploring other factors that may mediate the relationship between academic stress and eating patterns, such as coping mechanisms, sleep quality, and social support, as well as implementing interventions based on mindfulness, nutrition counseling, and the use of health companion apps to sustainably improve students' eating patterns.</em></p> <p>Pola makan merupakan komponen penting dalam menjaga keseimbangan dan meningkatkan daya tahan tubuh, mencegah berbagai penyakit kronis serta mendukung performa akademik mahasiswa dalam menghadapi berbagai tekanan akademik. Kurangnya edukasi menyebabkan banyak orang tidak menyadari dampak buruk dari pola makan yang tidak seimbang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara stres akademik dengan pola makan pada mahasiswa keperawatan tingkat akhir Universitas Klabat. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi melalui pendekatan <em>cross sectional</em> dengan teknik <em>Total Sampling</em> pada 98 responden. Kedua instrumen yaitu stress akademik yaitu <em>Perceived Academic Stress Scale (PASS)</em> dan pola makan, diadaptasi dari kuesioner sebelumnya, yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya dengan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,83 untuk stress akademik dan 0,70 unutk pola makan. Hasil analisis data menggunakan uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara stres akademik dan pola makan (r = -0,329; <em>p</em> = 0,001). Artinya, semakin tinggi tingkat stres akademik, maka semakin buruk pola makan mahasiswa. Temuan ini menunjukkan pentingnya strategi manajemen stres dan edukasi gizi sebagai bagian dari upaya promotif-preventif dalam meningkatkan kesejahteraan mahasiswa. Rekomendasi bagi peneliti selanjutnya adalah untuk mengeksplorasi faktor-faktor lain yang dapat memediasi hubungan antara stres akademik dan pola makan, seperti mekanisme koping, kualitas tidur, dukungan sosial, serta melakukan intervensi berbasis mindfulness, konseling gizi, dan penggunaan aplikasi pendamping kesehatan untuk memperbaiki pola makan mahasiswa secara berkelanjutan.</p>Ailine Yoan SangerAnjellina Mamuko
Copyright (c) 2025 Ailine Yoan Sanger, Anjellina Mamuko
2025-10-202025-10-207217818710.37771/kjn.v7i2.1376